Beres-Beres

Oleh: Ida S. Widayanti

Dua orang sahabat yang sudah lama berpisah, bertemu saat mereka sudah sama-sama memiliki anak-anak kecil. Salah seorang dari mereka berkata, “Wah, pasti repot juga punya tiga anak kecil-kecil. Rumah pasti selalu berantakan, ya?” Namun jawaban sahabatnya itu sungguh sangat tak terduga. “Alhamdulillah, semua anak saya sudah biasa beres-beres sejak kecil. Bahkan anak saya yang dua tahun juga sudah mulai belajar membereskan mainan-nya sendiri.”

Jawaban tersebut tentu mengagetkan temannya. Ia, seperti juga kebanyakan ibu lainnya menganggap beres-beres hanya pekerjaan orangtua dan anak yang sudah besar.

Saat ini banyak orangtua menyadari penting-nya mainan edukatif untuk kecerdasan anaknya. Namun banyak yang tidak menyadari bahwa beres-beres setelah bermain juga tidak kalah penting. Selain membangun karakter mandiri, disiplin, dan tanggung jawab, beres-beres juga sangat menstimulasi kecerdasan.

Saat beres-beres, anak belajar banyak hal yang penting untuk kehidupannya.
Pertama, anak belajar sebab-akibat. Ketika ia membuka sebuah kotak mainan dan mengeluarkannya lalu membereskannya lagi, ia melihat bahwa segala sesuatu yang ia lakukan, akan berdampak pada lingkungannya.

Kedua, melatih kemampuan klasifikasi. Saat membereskan mainan kita bisa melatih kemampuan anak mengenali bentuk, ukuran, dan warna benda lalu mengelompokkannya. Itulah yang dimaksud klasifikasi. Sebuah kemampuan yang mengasah kognisi anak sekaligus mengenalkan konsep salah dan benar.

Ketiga, saat anak beres-beres ia belajar tentang mengawali dan mengakhiri (start and finish) sebuah kegiatan. Mereka belajar fokus dan tuntas terhadap sebuah kegiatan. Serta masih banyak lagi manfaat lainnya.

Lalu bagaimana mulai mengajarkan beres-beres pada anak?

Pertama, sejak bayi biasakan anak melihat suasana yang rapi. Penataan pakaian dan mainan yang rapi anak membuat mata anak terbiasa dan merasa nyaman dengan kerapian.
Kedua, biasakan anak-anak melihat proses beres-beres dan jelaskan pada mereka urutannya. Hindari beres-beres saat anak sedang tidur, karena anak akan menganggap segala sesuatu akan beres dengan sendirinya.
Ketiga, ajak anak beres-beres segera setelah selesai bermain. Libatkan secara bertahap dari yang paling sederhana, misalnya memasang tutup kotak mainan atau mendorong laci mainannya.
Selanjutnya, bersamaan dengan meningkatnya usia anak, kita bisa meningkatkan keterlibatan anak dalam beres-beres lebih jauh lagi sampai dia mandiri.

Saat anak-anak berusia antara dua sampai tiga tahun, biasanya anak secara alamiah mulai serba ingin melakukan segala sesuatu sendiri. Saat itulah waktu terbaik melatih mereka ikut terlibat dalam proses beres-beres. Mengajarkan cara membuang sampah di tempat sampai yang membuka tutupnya dengan cara diinjak, akan sangat menyenangkan mereka. Mereka-pun akan terstimulasi untuk senantiasa membuang sampah pada tempatnya.

Menurut seorang ahli pendidikan, jika anak sudah terbiasa beres-beres dalam hal kongkrit -seperti mainan dan peralatan- kelak ia juga akan terbiasa beres-beres dalam hal yang abstrak. Ketika ada masalah atau ganjalan dengan saudara, teman, guru atau orangtuanya, maka ia akan segera membereskannya (menyelesaikannya).

Sumber: Majalah Hidayatullah edisi Oktober 2011 halaman 67

Indahnya Menikah Full Barokah

Tinggalkan komentar